Tulisan ini tentang teknologi microphone di Masjidil Haram yang digunakan untuk memperjelas suara imam saat shalat, dilengkapi penjelasan sejarah dan keutamaan inovasi ini.
Beginilah sajadah, pengeras suara dan peralatan lainnya (tissue dan air minun) yang diletakkan di depan Ka'bah khusus bagi imam di Masjidil Haram. Posisi imam berada di depan pintu Ka'bah.
Masjidil Haram tidak hanya menjadi pusat ibadah umat Islam, tetapi juga contoh inovasi teknologi untuk mendukung kenyamanan ibadah, termasuk penggunaan microphone modern untuk memperjelas suara imam.
Posisi dan Peralatan yang Digunakan Imam di Masjidil Haram
Imam di Masjidil Haram biasanya memimpin shalat di depan pintu Ka'bah. Di lokasi ini, tersedia berbagai peralatan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan shalat, seperti:
- Sajadah khusus
- Payung dan pendingin udara portabel untuk cuaca panas
- Tissue dan air minum
- Microphone berteknologi tinggi
Microphone yang digunakan terdiri dari 10 unit terbaik, diatur pada tiga posisi berbeda untuk menyesuaikan posisi imam saat berdiri, duduk, dan sujud. Selain itu, tersedia juga microphone clip wireless yang dipasang pada pakaian imam.
Kabel dan Sistem Suara Sennheiser
Kabel microphone yang digunakan terintegrasi langsung ke lantai dan bagian bawah Ka'bah. Teknologi kabel ini terbuat dari serat optik terbaik untuk memastikan suara imam tidak mengalami delay saat didengar oleh jamaah. Sistem suara Sennheiser yang digunakan memiliki kualitas terbaik untuk menyebarkan suara ke seluruh penjuru Masjidil Haram yang memiliki luas mencapai 356.800 km².
Sejarah Penggunaan Microphone di Masjidil Haram
Pada awalnya, penggunaan microphone dan speaker sempat ditentang oleh ulama Saudi, yang berpendapat bahwa cukup muballigh yang menyampaikan suara imam ke jamaah di belakang.
Namun, pandangan ini berubah setelah adanya argumen dari As Sayyid Abbas bin Abdul Aziz al Maliki, yang menyamakan fungsi microphone dengan kacamata sebagai alat bantu memperbesar dan memperjelas.
Hujjah yang beliau sampaikan adalah dengan bertanya, bolehkah menggunakan kacamata dalam membaca Al Quran? Ulama Saudi sepakat menjawab boleh. Alasannya adalah karena kacamata sebagai alat pembesar dan penjelas tulisan Al Quran sehingga benar dibacanya.
Lalu kemudian, As Sayyid Abbas bin Abdul Aziz al Maliki bertanya kembali, "Jika demikian apa bedanya dengan pengeras suara? Bukankah ia memperbesar dan memperjelas bacaan Al Quran sehingga bisa terdengar oleh siapa pun di belakang?".
Sejak saat itu, speaker dan microphone kemudian dipasang di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Namun, Muballigh tetap difungsikan dan jumlahnya dikurangi menjadi satu orang saja dirangkap oleh Muadzin.
Muballigh yang mengiringi takbir hingga salam imam pun menggunakan speaker dengan jumlah yang hampir sama dengan yang digunakan imam. Bedanya pada letaknya saja. Jika imam di depan pintu Ka'bah sementara Muadzin dan Muballigh berada di ruangan khusus di salah satu sudut di Masjidil Haram.
Peningkatan Peran Muadzin dan Muballigh
Setelah teknologi microphone diterima, jumlah muballigh dikurangi menjadi satu orang yang juga merangkap sebagai muadzin. Posisi mereka berada di ruangan khusus di salah satu sudut Masjidil Haram, menggunakan sistem speaker serupa dengan yang digunakan imam.
Kesimpulan
Inovasi penggunaan microphone di Masjidil Haram membuktikan bahwa teknologi dapat selaras dengan kebutuhan ibadah umat Islam. Dengan argumen yang kuat dan penerapan teknologi modern seperti sistem suara Sennheiser, pengalaman beribadah di Masjidil Haram menjadi lebih nyaman dan khusyuk.
Untuk informasi lebih lanjut tentang inovasi teknologi di tempat ibadah, kunjungi situs resmi Masjidil Haram.
اللهُمَّ ارْزُقْنَا زِيَارَةَ بَيْتِكَ الْمُعَظَّمِ وَرَسُولِكَ الْمُكَرَّمِ فِي هَذَا الْعَامِ وَفِي كُلِّ عَامٍ بِأَحْسَنِ الْحَالِ يَا رَبَّنَا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ...
“Ya Allah, berikanlah kami rezeki untuk mengunjungi rumah-Mu yang mulia dan Rasul-Mu yang dimuliakan pada tahun ini dan setiap tahun, dengan keadaan terbaik, wahai Tuhan kami, Tuhan seluruh alam...”
Posting Komentar