-->
cfFp0twC8a3yW2yPPC8wDumW5SuwcdlZsJFakior
Bookmark

Makna dan Hikmah Idul Adha: Ketakwaan dalam Kisah Qurban

Idul Adha merupakan salah satu hari besar yang sangat bermakna bagi umat Islam di seluruh dunia. Pada hari ini, umat Muslim memperingati kisah penuh hikmah yang memberikan pelajaran penting tentang ketakwaan dan pengorbanan.

Tuliskan singkat ini akan menjelaskan makna Idul Adha serta hikmah yang terkandung dalam kisah-kisah inspiratif dari Al-Qur'an.

Arti Ketakwaan di Sisi Allah SWT

Dalam Islam, ketakwaan merupakan sifat yang sangat mulia di sisi Allah SWT. Hal ini ditegaskan dalam beberapa ayat Al-Qur'an, seperti dalam Surah Al Baqarah ayat 197:

وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ

"Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa."

Demikian pula dalam Surah Al-Hujurat ayat 13, Allah SWT berfirman:

اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ

Yang artinya: "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa."

Surah Al Maidah ayat 8 juga menyatakan:

وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

"Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."

Kisah Habil dan Qabil: Qurban yang Diterima Allah SWT

Allah SWT memerintahkan Rasulullah untuk menceritakan kisah Habil dan Qabil kepada para sahabatnya. Kisah ini mengajarkan pentingnya ketakwaan dalam berqurban. Qabil dan Habil adalah anak Nabi Adam AS. 

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

"Dan ceritakanlah kepada mereka kisah dua anak Adam dengan sebenarnya ketika mereka mempersembahkan kurban, dan diterima dari salah satu dari mereka dan tidak diterima dari yang lain. Dia (Qabil) berkata, “Aku akan membunuhmu.” Dia (Habil) menjawab, “Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa.” (Al-Maidah:27)"

Ketika mereka berqurban, Allah hanya menerima qurban Habil karena ketakwaannya. Qabil merasa iri dan mengancam untuk membunuh Habil. Habil menjawab dengan tenang bahwa Allah hanya menerima qurban berdasarkan ketakwaan, bukan status atau asal-usul seseorang.

Menurut sebagian ahli tafsir, bahwa anak pertama Nabi Adam yaitu Qabil dilahirkan di surga sementara Habil dilahirkan tatkala Adam sudah berada di alam dunia (bumi). Namun saat keduanya sama-sama berkorban, ternyata yang diterima adalah korban dari Habil. Sehingga hal ini semakin memperjelas bahwa Allah hanya menerima korban dari orang-orang yang bertakwa, bukan dari orang yang berstatus sosial lebih tinggi atau status kebanggaan lainnya. 

Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail: Sejarah Qurban

Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail merupakan inti dari sejarah qurban dalam Islam. Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail, sebagai bentuk ujian iman dan ketakwaan. 

Nabi Ismail dengan penuh keteguhan dan kesabaran menyetujui perintah Allah tersebut. Kisah ini diabadikan dalam Surah Ash-Shaffat ayat 102:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ ۝١٠٢

 "Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?' Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar."

Atas ketakwaan dan keikhlasan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, Allah menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba sebagai qurban. Dari kisah ini, kita belajar bahwa Allah menerima qurban berdasarkan ketakwaan dan niat tulus seseorang.

Hikmah dan Pelajaran dari Idul Adha

Idul Adha memberikan banyak hikmah dan pelajaran bagi umat Islam. Beberapa di antaranya adalah:

  • Ketakwaan sebagai Bekal Utama: Ketakwaan adalah bekal terbaik dalam hidup, sebagaimana disebutkan dalam Surah Al Baqarah ayat 197.
  • Pentingnya Keikhlasan: Allah menerima amal ibadah, termasuk qurban, berdasarkan ketulusan dan ketakwaan kita.
  • Pengorbanan yang Tulus: Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mengajarkan tentang pentingnya pengorbanan yang tulus dan ikhlas demi ketaatan kepada Allah.

Selain itu, Idul Adha juga menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi, saling berbagi dengan sesama, dan meningkatkan solidaritas sosial.

Kesimpulan

Idul Adha bukan hanya sekadar hari raya, tetapi juga momen untuk merefleksikan makna ketakwaan dan pengorbanan dalam kehidupan kita. Dengan memahami dan mengamalkan hikmah dari kisah-kisah qurban, kita dapat meningkatkan ketakwaan dan mendapatkan ridha Allah SWT.

Posting Komentar

Posting Komentar