Kisah Mbah Ma’shum dan Santri Jin dari Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid, Lombok yang penuh hikmah. Pelajari cerita menarik ini dan pelajaran berharga di baliknya.
Kisah mengenai Mbah Ma’shum Ahmad, seorang ulama besar asal Lasem, memang penuh dengan keunikan dan hikmah. Salah satu kisah yang paling menarik adalah ketika beliau melakukan perjalanan ke Lombok dan bertemu dengan seorang kiai terkemuka di daerah tersebut.
Kisah ini tidak hanya penuh makna, tetapi juga menyiratkan betapa luasnya karomah seorang alim, tidak hanya kepada manusia tetapi juga makhluk gaib seperti jin.
Pertemuan Mbah Ma’shum dengan Kiai di Lombok
Suatu ketika, Mbah Ma’shum melakukan perjalanan ke Lombok untuk bersilaturrahim dengan seorang kiai. Saat itu, menjelang waktu maghrib, Mbah Ma’shum tiba di pesantren sang kiai. Setibanya di sana, Mbah Ma’shum disambut dengan suasana pesantren yang sangat ramai. Hiruk-pikuk para santri yang mengaji dan berdzikir memenuhi pesantren.
Mbah Ma’shum kagum dengan keadaan pesantren tersebut. Beliau berkata, “Alhamdulillah, pesantren Tuan sudah maju. Santrinya banyak. Semoga mereka bisa jadi pemimpin kaumnya.” Sang kiai hanya tersenyum mendengar pujian Mbah Ma’shum, tanpa memberi penjelasan lebih lanjut.
Santri yang Menghilang
Namun, hal yang tidak terduga terjadi keesokan harinya. Saat Mbah Ma’shum bangun dari tidurnya, pesantren yang sebelumnya ramai mendadak menjadi sepi. Tidak ada lagi santri yang terlihat mengaji atau berdzikir, bahkan suasana pesantren terasa kosong.
Mbah Ma’shum kemudian bertanya kepada sang kiai, “Kemana para santri yang kemarin begitu banyak terlihat?” Sang kiai menjawab dengan tenang bahwa santri-santri yang dilihat Mbah Ma’shum kemarin adalah santri jin. Kiai tersebut memang dikenal sebagai sosok alim yang memiliki banyak karomah, hingga mampu mendidik santri dari golongan jin.
Keajaiban Lain: Air Kelapa yang Mujarab
Tidak hanya memiliki karomah dalam hal mendidik jin, sang kiai di Lombok juga memiliki karomah lain yang luar biasa. Pohon kelapa yang tumbuh di sekitar pesantrennya mengandung air yang diyakini memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Ketika Mbah Ma’shum hendak berpamitan, beliau diberi oleh-oleh berupa beberapa buah kelapa dari pohon tersebut sebagai tanda persahabatan.
Siapa Kiai dari Lombok Itu?
Kiai dari Lombok tersebut adalah Tuan Guru KH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid, pendiri organisasi Nahdhatul-Wathan pada tahun 1936 M. Pertemanan antara Mbah Ma’shum dan Tuan Guru Zainuddin Abdul Majid sudah terjalin sejak mereka sama-sama belajar di Makkah. Di sana, Tuan Guru Zainuddin belajar di bawah bimbingan Syekh Hasan bin Muhammad al-Massyath al-Makki, salah satu ulama besar di Hijaz pada masanya.
Meskipun dalam beberapa hal, termasuk organisasi, mereka berbeda pandangan, hubungan persahabatan di antara mereka tetap terjalin dengan penuh rasa hormat. Kisah ini adalah bukti betapa eratnya persahabatan ulama lintas daerah dan organisasi, serta betapa tingginya adab mereka dalam menghormati satu sama lain.
Pelajaran yang Dapat Dipetik
Kisah Mbah Ma’shum dan santri jin ini memberikan kita pelajaran bahwa ilmu dan karomah seorang ulama bisa melampaui batas-batas dunia fisik. Karomah bukanlah sesuatu yang harus dibesar-besarkan, tetapi dilihat sebagai tanda kebesaran Allah dan pengabdian tulus kepada-Nya.
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
"Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah para ulama." (QS. Fathir: 28)
Dengan segala hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik dari kisah ini, semoga kita selalu dapat mengambil teladan dari kehidupan para ulama dan senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Allah melalui ilmu dan amal.
Posting Komentar