Hubungan antara takdir dan ikhtiar dalam Islam membahas bagaimana manusia harus memahami konsep takdir sambil tetap berikhtiar untuk mencapai hasil terbaik.
Memahami Takdir sebagai Bagian dari Rukun Iman
Dalam Islam, percaya kepada takdir Allah merupakan salah satu rukun iman yang wajib diimani oleh setiap muslim. Takdir mencerminkan kuasa Allah yang Mahakuasa atas seluruh makhluk-Nya. Baik atau buruk takdir yang ditetapkan, setiap muslim dituntut untuk menerima dengan keimanan yang tulus.
Pemahaman Takdir dan Perannya dalam Kehidupan
Takdir, yang terdiri dari qadha dan qadar, sering kali dianggap kompleks karena sifatnya yang gaib. Dalam istilah Islam, qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman azali, sementara qadar adalah perwujudan ketetapan tersebut dalam kenyataan. Dengan kata lain, qadha adalah rencana awal, sedangkan qadar adalah pelaksanaannya.
Dimana Posisi Ikhtiar?
Banyak orang mungkin bertanya, jika semua sudah ditakdirkan, mengapa manusia perlu berusaha? Rasulullah memberikan penegasan melalui sabdanya,
اعقلها وتوكل
"Ikatlah (untamu), kemudian bertawakkallah kepada Allah."
Ini menunjukkan bahwa ikhtiar adalah kewajiban manusia. Manusia tetap harus berusaha sembari menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah.
Contoh Kisah tentang Takdir dan Ikhtiar
Kisah Umar bin Khaththab dan Tha’un
Pada masa Khalifah Umar, ketika beliau mendengar kabar bahwa sebuah desa yang akan dikunjungi sedang dilanda wabah penyakit, beliau memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan. Ketika ditanya, "Apakah Anda lari dari takdir Allah?" Umar menjawab, "Saya lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain."
Kisah Umar bin Khattab dan Pencuri
Pada masa Khalifah ‘Umar bin Khaththab juga ada kisah menarik. Saat itu, ada seorang pencuri yang dalam persidangan ditanya oleh sang Khalifah, “Mengapa engkau mencuri?”. Pencuri itu menjawab, “Memang Allah sudah mentakdirkan saya menjadi pencuri.” Mendengar jawaban tersebut, Khalifah Umar marah, lalu berkata, “Pukul orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!.” Orang-orang bertanya, “Mengapa hukumannya diperberat seperti itu?” Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah hukuman yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah”.
Jenis Takdir: Mu’allaq dan Mubram
Dua kisah tersebut mengungkapkan bahwa meskipun Allah telah menetapkan segala sesuatu, manusia tetap memiliki kewajiban untuk berusaha. Setiap upaya yang dilakukan oleh manusia akan selalu dihargai oleh Allah.
Dalam konteks ini, para ulama menjelaskan hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar, yang kemudian membagi takdir menjadi dua jenis: Takdir Mu'allaq dan Takdir Mubram.
Takdir dalam Islam dibagi menjadi dua:
- Takdir Mu’allaq: Takdir yang dapat berubah melalui ikhtiar manusia, seperti rezeki atau kesehatan.
- Takdir Mubram: Takdir yang tidak dapat diubah, seperti kelahiran, kematian, dan sifat bawaan fisik.
Kesimpulan: Mengupayakan Ridha Allah
Meski takdir merupakan ketetapan Allah, manusia tetap memiliki tanggung jawab untuk berusaha. Dalam upaya tersebut, ada nilai ibadah yang diharapkan mendapatkan ridha Allah. Seperti kata Umar bin Khaththab,
نفر من قدر الله إلى قدر الله
"Kita lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain."
Dengan memahami takdir dan ikhtiar, setiap muslim dapat menjalani kehidupan dengan semangat, optimisme, dan keimanan yang kuat.
Posting Komentar