cfFp0twC8a3yW2yPPC8wDumW5SuwcdlZsJFakior
Bookmark

Kisah Inspiratif: Suami Rela Tinggalkan Karir Demi Temani Istri S3 di Luar Negeri

Kisah inspiratif seorang suami yang rela meninggalkan karir cemerlang demi menemani istrinya kuliah S3 di luar negeri. Perjalanan hidup, tantangan, dan pelajaran berharga yang bisa diambil dari pengalaman ini.

Perjalanan Awal: Dilema Antara Karir dan Keluarga

Ketika istri mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi S3 di Auckland, Selandia Baru, saya dihadapkan pada dilema besar. Saat itu, karir saya sebagai Sub Branch Manager di salah satu bank syariah ternama di Indonesia sedang berada di puncak. Namun, di sisi lain, kami juga menyadari bahwa hubungan jarak jauh (LDR) bukanlah pilihan ideal bagi keluarga kecil kami.

Keputusan untuk meninggalkan karir yang telah dibangun selama bertahun-tahun bukanlah hal yang mudah. Selain harus mengesampingkan ego sebagai kepala keluarga, saya juga menghadapi stigma sosial yang menganggap kurang pantas jika suami mengikuti istri ke luar negeri. Namun, saya yakin bahwa keputusan yang diambil dengan niat baik akan membawa manfaat yang lebih besar.

Menghadapi Tantangan di Negeri Orang

Setibanya di Auckland, kami menyadari bahwa biaya hidup di kota ini sangat tinggi. Meskipun beasiswa dari pemerintah Selandia Baru mencukupi untuk istri, namun tidak untuk kehidupan seluruh keluarga. Oleh karena itu, saya harus mencari pekerjaan demi menjaga stabilitas finansial keluarga.

Pekerjaan Pertama: Cleaning Service

Memulai karir dari nol bukanlah sesuatu yang mudah. Pekerjaan pertama saya adalah sebagai cleaning service, yang saya dapatkan berkat bantuan komunitas Indonesia di sana. Meskipun pekerjaan ini cukup berat, saya tetap menjalankannya dengan penuh tanggung jawab. Prinsip saya, kepala keluarga tetaplah kepala keluarga di mana pun berada, dan tugas utama saya adalah memastikan keluarga tetap tercukupi.

Dari Tukang Cuci Piring Menjadi Chef

Tak lama setelah itu, saya mendapatkan kesempatan bekerja di sektor kuliner sebagai kitchen hand di salah satu restoran ternama di Auckland. Pekerjaan ini awalnya terasa lebih berat dari yang saya bayangkan, dengan harus mencuci ratusan hingga ribuan piring setiap hari. Namun, saya terus berusaha dan bekerja keras.

Setahun berlalu, tanpa sekolah kuliner dan tanpa sertifikat memasak, saya dipromosikan menjadi chef. Ini adalah bukti bahwa kerja keras, ketekunan, dan keikhlasan dalam menjalani kehidupan dapat membawa hasil yang luar biasa.

Pelajaran Hidup dari Perjalanan Ini

1. Melepaskan Ego untuk Kebahagiaan Keluarga

Keputusan untuk menemani istri menempuh pendidikan S3 bukan hanya soal mengorbankan karir, tetapi juga soal keberanian dalam menghadapi realitas hidup di negara asing. Saya belajar untuk lebih fleksibel dan beradaptasi dengan keadaan.

2. Pendidikan adalah Investasi Jangka Panjang

Saya yakin bahwa pendidikan istri saya akan membawa manfaat besar, tidak hanya bagi keluarga kami, tetapi juga bagi mahasiswanya di masa depan. Ilmu yang ia peroleh akan mengalir seperti efek domino, memberikan kontribusi bagi bangsa dan masyarakat.

3. Rezeki Sudah Dijamin oleh Allah

"Jika kita memutuskan untuk mendampingi istri ke luar negeri, campakkan ego kita jauh-jauh. Jangan segan-segan belajar memasak, mencuci, dan melakukan pekerjaan rumah tangga. PhD bukanlah perjalanan mudah, dan kita harus menjadi pendukung utama bagi istri kita."

Pesan untuk Para Suami yang Mendukung Istri Berkarir

Bagi para suami yang masih ragu untuk mendukung istri melanjutkan pendidikan atau berkarir, ingatlah bahwa keluarga adalah tim. Keberhasilan seorang istri juga merupakan keberhasilan suami. Ketika kita berani keluar dari zona nyaman, akan ada banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil.

Saya dan para suami lainnya yang menemani istri di luar negeri menyadari bahwa hidup tidak selalu mudah. Namun, seperti halnya hujan yang turun deras, akan selalu ada pelangi setelahnya. Semua perjuangan ini akan membentuk kita menjadi pribadi yang lebih kuat dan lebih baik.

Kesimpulan

Perjalanan ini mengajarkan saya banyak hal: tentang cinta, pengorbanan, dan kerja keras. Tidak semua orang akan setuju dengan pilihan hidup kita, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita menjalani keputusan tersebut dengan sepenuh hati.

Bagi yang sedang menghadapi dilema serupa, percayalah bahwa Allah selalu bertanggung jawab atas rezeki kita. Jangan takut untuk keluar dari zona nyaman dan teruslah berusaha. Setiap perjuangan akan membawa hasil, selama kita menjalaninya dengan niat yang baik dan ikhlas.

Posting Komentar

Posting Komentar

close